ANALISIS NOVEL AYAT – AYAT BERDASARKAN
PENDEKATAN SOSIOLOGI
A.
Pengertian sosiologi
Sosiologi adalah hal yang bersifat sosial atau hal yang menyangkut dan berhubungan
dengan masyarakat.
Pendekatan terhadap sastra yang
mempertimbangkan segi-segi kemasyarakatan itu disebut sosiologi sastra dengan
menggunakan analisis teks untuk mengetahui strukturnya, untuk kemudian
dipergunakan memahami lebih dalam lagi gejala sosial yang diluar sastra.
Menurut pendekatan sosiologi sastra, karya
sastra dilihat hubungannya dengan kenyataan, sejauh mana karya sastra itu
mencerminkan kenyataan. Kenyataan disini mengandung arti yang cukup luas, yakni
segala sesuatu yang berada diluar karya sastra dan yang diacu oleh karya
sastra.
B. Macam – macam pendekatan sosiologi sastra
1.
Author ( social pengarang ), berhubungan dengan posisi social sastrawan
dan kaitannya dengan masyarakat pembaca.
2.
Work (sastra sebagai cermin masyarakat ), sampai sejauh mana sastra
dapat mencerminkan keadaan social masyarakat.
3.
Reader ( dampak social ), dampak social yang ditimbulkan oleh pembaca
setelah membaca novel.
C. Analisis novel berdasarkan pendekatan sosiologi
Pendekatan
sosiologi sastra dapat diterapkan dalam novel ini. Pendekatan ini dapat dilihat
melalui :
1.
Author (sosiologi
pengarang)
PROFIL
HABIBURRAHMAN
EL SHIRAZY
Lahir
di Semarang, Jawa Tengah, 30 September 1976.
Beliau adalah sarjana Universitas Al-Azhar, Kairo, Mesir
dikenal sebagai dai, novelis, dan penyair. Karya-karyanya banyak diminati tak
hanya di Indonesia,
tapi juga negara-negara tetangga seperti Malaysia, Singapura
dan Brunei.
Karya-karya fiksinya dinilai dapat membangun jiwa dan menumbuhkan semangat
berprestasi pembaca. Diantara karya-karyanya yang telah beredar di pasaran
adalah Ayat-Ayat
Cinta (telah dibuat versi filmnya, 2004), Di Atas Sajadah Cinta
(telah disinetronkan Trans TV, 2004), Ketika
Cinta Berbuah Surga (2005), Pudarnya
Pesona Cleopatra (2005), Ketika Cinta Bertasbih
(2007), Ketika Cinta Bertasbih 2
(Desember, 2007) dan Dalam Mihrab Cinta
(2007). Kini sedang merampungkan Langit
Makkah Berwarna Merah, Bidadari
Bermata Bening, dan Bulan
Madu di Yerussalem.
Memulai pendidikan
menengahnya di MTs Futuhiyyah 1 Mranggen
sambil belajar kitab kuning di Pondok Pesantren Al Anwar, Mranggen, Demak di
bawah asuhan K.H. Abdul Bashir Hamzah. Pada tahun 1992 ia merantau ke kota
budaya Surakarta
untuk belajar di Madrasah Aliyah Program Khusus (MAPK) Surakarta, lulus pada
tahun 1995. Setelah itu melanjutkan pengembaraan intelektualnya ke Fakultas Ushuluddin,
Jurusan Hadist Universitas Al-Azhar,
Kairo dan selesai pada tahun 1999. Pada tahun 2001 lulus Postgraduate Diploma
(Pg.D) S2 di The
Institute for Islamic Studies di
Kairo
yang didirikan oleh Imam Al-Baiquri.
Ketika menempuh studi di Kairo, Mesir, Kang
Abik pernah memimpin kelompok kajian MISYKATI (Majelis Intensif Yurisprudens
dan Kajian Pengetahuan Islam) di Kairo (1996-1997). Pernah terpilih menjadi
duta Indonesia untuk mengikuti “Perkemahan Pemuda Islam Internasional Kedua”
yang diadakan oleh WAMY (The World Assembly of Moslem Youth) selama sepuluh
hari di kota Ismailia, Mesir (Juli 1996). Dalam perkemahan itu, ia
berkesempatan memberikan orasi berjudul Tahqiqul Amni Was Salam Fil ‘Alam Bil
Islam (Realisasi Keamanan dan Perdamaian di Dunia dengan Islam). Orasi tersebut
terpilih sebagai orasi terbaik kedua dari semua orasi yang disampaikan peserta
perkemahan tersebut. Pernah aktif di Mejelis Sinergi Kalam (Masika) ICMI Orsat
Kairo (1998-2000). Pernah menjadi koordinator Islam ICMI Orsat Kairo selama dua
periode (1998-2000 dan 2000-2002). Sastrawan muda ini pernah dipercaya untuk
duduk dalam Dewan Asaatidz Pesantren Virtual Nahdhatul Ulama yang berpusat di
Kairo. Dan sempat memprakarsai berdirinya Forum Lingkar Pena (FLP) dan
Komunitas Sastra Indonesia (KSI) di Kairo.
Setibanya di tanah air pada pertengahan
Oktober 2002, ia diminta ikut mentashih Kamus Populer Bahasa Arab-Indonesia
yang disusun oleh KMNU Mesir dan diterbitkan oleh Diva Pustaka Jakarta, (Juni
2003). Ia juga diminta menjadi kontributor penyusunan Ensiklopedia
Intelektualisme Pesantren: Potret Tokoh dan Pemikirannya, (terdiri atas tiga
jilid ditebitkan oleh Diva Pustaka Jakarta, 2003).
Antara tahun 2003-2004, ia mendedikasikan
ilmunya di MAN I Jogjakarta. Selanjutnya sejak tahun 2004 hingga 2006, ia
menjadi dosen Lembaga Pengajaran Bahasa Arab dan Islam Abu Bakar Ash Shiddiq
UMS Surakarta. Saat ini ia mendedikasikan dirinya di dunia dakwah dan
pendidikan lewat karya-karyanya dan pesantren Karya dan Wirausaha Basmala
Indonesia bersama adik (Ahmad Munif El Shirazy, Ahmad Mujib El Shirazy, Ali El
Shirazy) dan temannya.
Kang Abik, demikian novelis ini biasa
dipanggil adik-adiknya, semasa di SLTA
pernah menulis teatrikal puisi berjudul Dzikir Dajjal sekaligus menyutradarai
pementasannya bersama Teater Mbambung di Gedung Seni Wayang Orang Sriwedari Surakarta
(1994). Pernah meraih Juara II lomba menulis artikel se-MAN I Surakarta
(1994). Pernah menjadi pemenang I dalam lomba baca puisi relijius tingkat SLTA
se-Jateng (diadakan oleh panitia Book Fair’94 dan ICMI
Orwil Jateng di Semarang, 1994). Pemenang I lomba pidato tingkat remaja se-eks
Keresidenan Surakarta
(diadakan oleh Jamaah Masjid Nurul Huda, UNS Surakarta,
1994). Ia juga pemenang pertama lomba pidato bahasa Arab se-Jateng dan DIY yang
diadakan oleh UMS Surakarta (1994). Meraih Juara I lomba baca puisi Arab
tingkat Nasional yang diadakan oleh IMABA UGM Jogjakarta
(1994). Pernah mengudara di radio JPI Surakarta selama satu tahun (1994-1995)
mengisi acara Syharil Quran Setiap Jumat pagi. Pernah menjadi pemenang terbaik
ke-5 dalam lomba KIR tingkat SLTA se-Jateng yang diadakan oleh Kanwil P dan K
Jateng (1995) dengan judul tulisan, Analisis Dampak Film Laga Terhadap
Kepribadian Remaja. Beberapa penghargaan bergengsi lain berhasil diraihnya
antara lain, Pena Award 2005, The Most Favorite Book and Writer 2005 dan IBF
Award 2006. Dari novelnya yang berjudul “Ayat-ayat Cinta” dia sudah memperoleh
royalti lebih dari 1,5 Milyar, sedangkan dari buku-bukunya yang lain tidak
kurang ratusan juta sudah dia kantongi.
Selama di Kairo, ia telah menghasilkan
beberapa naskah drama dan menyutradarainya, di antaranya: Wa Islama
(1999), Sang Kyai dan Sang Durjana (gubahan atas karya Dr. Yusuf
Qardhawi yang berjudul ‘Alim Wa Thaghiyyah, 2000), Darah Syuhada (2000).
Tulisannya berjudul Membaca Insanniyah al Islam dimuat dalam buku Wacana
Islam Universal (diterbitkan oleh Kelompok Kajian MISYKATI Kairo, 1998).
Berkesempatan menjadi Ketua TIM Kodifikasi dan Editor Antologi Puisi Negeri
Seribu Menara Nafas Peradaban (diterbitkan oleh ICMI Orsat Kairo)
Beberapa karya terjemahan yang telah ia
hasilkan seperti Ar-Rasul (GIP, 2001), Biografi Umar bin Abdul Aziz
(GIP, 2002), Menyucikan Jiwa (GIP, 2005), Rihlah Ilallah (Era
Intermedia, 2004), dll. Cerpen-cerpennya dimuat dalam antologi Ketika Duka
Tersenyum (FBA, 2001), Merah di Jenin (FBA, 2002), dan Ketika
Cinta Menemukanmu (GIP, 2004).
Sebelum pulang ke Indonesia, di tahun 2002,
ia diundang Dewan Bahasa dan Pustaka Malaysia selama lima hari (1-5 Oktober)
untuk membacakan pusinya dalam momen Kuala Lumpur World Poetry Reading ke-9,
bersama penyair-penyair negara lain. Puisinya dimuat dalam Antologi Puisi Dunia
PPDKL (2002) dan Majalah Dewan Sastera (2002) yang diterbitkan oleh Dewan
Bahasa dan Pustaka Malaysia dalam dua bahasa, Inggris dan Melayu. Bersama
penyair negara lain, puisi kang Abik juga dimuat kembali dalam Imbauan PPDKL
(1986-2002) yang diterbitkan oleh Dewan Bahasa dan Pustaka Malaysia (2004).
2.
Work (sastra sebagai cermin masyarakat)
Disini akan dijelaskan tentang
sosiologi sastra dari isi sastra tersebut, menjelaskan tentang kondisi-kondisi
sosial masyarakat mesir saat itu, dan masalah-masalah sosial yang ada, kemudian
juga interaksi-interaksi sosial.
1. Kondisi sosial
Dalam
novel ini sang pengarang menceritakn banyak sekali kondisi sosial yang di
hadapi oleh mahasiswa-mahasiswa indonesia yang sedang menimba ilmu di mesir,
terutama yang dialami ‘fahri’
a. Kondisi sosial masyarakat
Penulis menceritakan bagaimana
kondisi sosial orang mesir saat itu, tentang cuaca yang sangat panas di mesir
apalagi pada musim kemarau seperti apa yang di ceritakan oleh penulis, kemudian
bagaiman cara membaur dengan orang mesir, mengerti akan sifat-sifat umum
orang-orang mesir, meredam kemarahan orang mesir dengan menyuruhnya membaca
sholawat dikemas dalam kehidupan fahri, terutama pada saat menenangkan
orang-orang mesir yang marah melihat tiga orang amerika di metro, kemudian
fahri meredakan amarah orang-orang di metro tersebut
Kerukunan antar umat beragama sangat
terasa di negara mesir saat itu, walaupun keluara ‘maria’ beragama kristen
koptik namun ‘fahri’ dan teman-temannya menjalin hubungan baik dengan keluarga
tersebut, sifat tolong menolong antar sesama manusia tinggi di mesir, penulis
menggambarkan dengan masalah yang menimpa ‘noura’,
b. Kondisi budaya
Budaya mesir sangatlah berbeda
dengan budaya indonesia tempat asal sang penulis, karena sang penulis pernah
menimba ilmu di mesir jadi dia mengerti tentang budaya atau kebiasaan
orang-orang mesir, dia menuliskan banyak sekali budaya-budaya orang mesir dalam
novel ini, seperti pada saat orang mesir saat mengungkapkan rasa kagum,
berterima kasih, meminta maaf, kepada orang yang lebih muda dia akan mencium
kening orang tersebut, hal itu sama dengan yang di tuliskan pengarang pada saat
‘fahri’ meluluhkan hati orang-orang mesir yang marah kepada tiga orang amerika,
dan pada saat ‘fahri memberi kabar tentang kelulusannya kepada ‘syaikh ahmad’,
karena kagum dan ikut bahagia syaikh itu mungecup kening ‘fahri’ berulang kali.
c. Kondisi politik
Indonesia
memiliki badan negara yang berada di mesir yaitu KBRI yang bertujuan mengurus
WNI yang berada di mesir, tapi oknum-oknum yang berada di KBRI tersebut kurang
serius menangani masalah-masalah yang dialami WNI atau membantu para mahasisawa-mahasiswi
asal indonesia di Mesir, hal ini di tuliskan di saat ‘fahri’ tersandung masalah
dengan kepolisian karena dituduh telah memperkosa ‘noura’, tapi orang-orang
KBRI tidak bisa berbuat banyak dengan kasus yang melanda ‘fahri’, mereka terkesan
angkat tangan dengan kasus itu, dan juga kekecewaan penulis yang pernah menjadi
mahasiswa di Mesir terhadap keacuhan pihak KBRI pada saat mahasiswa mengajukan
proposal untuk mengadakan kegiatan untuk meningkatkan ilmu ekonomi islam
mahasiswa indonesia di Mesir, tetapi proposal itu di tolak dengan berbagai
alasan.
2. Masalah-masalah
sosial
Dalam novel ini penulis menerangkan bagaimana semestinya cara berinteraksi antar
seorang muslim dengan orang lain yang berbeda gender, dan juga bagaimana
memperlakukan orang-orang yang berlainan agama,berinteraksi dengan sesama manusia dan
juga interaksi sdengan Sang pencipta.
a. Interaksi
seorang muslim dengan wanita
Sebagai seorang muslim penulis
memjelaskan cara berinteraksi
seorang
laki-laki dengan wanita, hal ini sangat sering di singgung
dalam kisah kehidupan ‘fahri’ dalam menjalin
hubungan dengan teman-teman mahasiswi dari indonesia dan juga wanita-wanita
mesir lain, dia melakukan interaksi sosial dengan para wanita sesuai dengan
tuntunan Rosul, dengan tidak saling bersentuhan satu sama lain selam belum
menjadi muhrimnya, dan juga bagaimana dia berinteraksi sehari-hari dengan ‘maria’ seorang wanita non-muslim.
b. Interaksi
seorang muslim dengan non-muslim
Sebagai seorang
muslim yang baik penulis menggambarkan bahwa sebagai muslim sebaiknya tidak
memusuhi dan membeda-bedakan orang yang non-muslim, dia juga menganggap
keluarga maria seperti keluarganya sendiri walaupun keluarga maria beragama
kristen, dan itu tidak di permasalahkan ‘fahri’, dan juga dalam situasi saat bertemu
dengan tiga orang amerika yang non-muslim, ‘fahri’ malah menjalin hubungan
dengan salah seorang dari amerika tersebut, yang kemudian mendapat hidayah
karna telah membaca kitab yang diterjemahkan maria yang berjudul “Why Does the
West Fear Islam?” dan jawaban-jawban ‘fahri’ tentang “wanita dalam islam”. Dan
kemudian jawaban-jawaban serta tejemahan itu dijadikan buku oleh ‘alice’
wartawani dari amerika.
c. Interaksi antar manusia
Sang
penulis menggambarkan seorang muslim harus saling tolong menolong, hal ini di
tuangkan dalam novel saat ‘noura’ tetangganya mendapat masalah ‘fahri’
menolongnya sampai masalahnya tuntas,dan juga dengan tengga walaupun tidak
seiman kita harus mempunyai tenggang rasa, pada ‘Madame Nahed dan Yousef’ ulang
tahun, sebagai seoarang tetangga yang baik ‘fahri’ memberikan hadiah ulang
tahun kepada keduanya.
Tata
cara seorang muslim untuk mencari dan memilih pasangan hidup yang berdasarkan
pada teladan Rosul juga sangat ditonjolkan dalam novel ini, sekaligus menjadi
garis besar atau tema dari novel yaitu tentang cinta, bagaiman kita harus
mencintai sesuatu dengan semestinya, penulis menggambarkan bagaimana seorang
muslim memilih calon istri sesuai dengan apa yang telah di teladankan oleh
Rosul, pada saat ‘fahri’ memilih Aishah sebagai istrinya, dan apa yang akan
diberikan Allah jika melakukan hal itu adalah berkah yang sangat manis seperti
setelah ‘fahri’ menjalani rumah tangga dengan ‘aishah, penulis menyajikan cinta
terhadap pasangan yang sangat indah akan di restui oleh Allah.
d. Interaksi dengan Tuhan
Penulis
memberikan contoh seorang muslim yang harus taat dan patuh terhadap segala
perintah dan larangan-larangan Allah swt, dan selalu menteladani sifat-sifat
Rosul di setiap kondisi apapun, sifat-sifat ini di tuangkan penulis pada tokoh
utama dalam novel yaitu ‘fahri’, dia selalu tawakal dan sabar dalam menjalani
kehidupan di mesir yang iklim nya tidak cocok dengan negara asalnya, dan pada
saat dia di fitnah oleh ‘noura’ yang sebelumnya sudah ditolong olehnya.
3.
Reader (dampak social)
Pendekatan
sosiologi sastra dilihat dari aspek sosiologi pembaca dan dampak sosial karya
sastra melihat novel Ayat-Ayat Cinta sebagai suatu karya sastra yang tergolong
menarik perhatian. Karena novel Ayat-Ayat Cinta menceritakan mengenai suatu
masalah percintaan dan nuansa religius di dalamnya. Seperti Fahri yang
mendapatkan cinta dari Aisha dengan cara yang religius. Di mana, Fahri di
perkenalkan oleh paman Aisha melalui foto dan setelah menyetujui Fahri
menyukainya maka mereka dinikahkan. Dan hal semacam ini jarang atau mungkin
sudah tidak ada lagi.
Nilai
moral dalam novel Ayat-ayat Cinta ini adalah novel ini penuh dengan
nilai-nilai religius dan nilai universal yang dapat diterima oleh semua
golongan. Meskipun novel ini sarat dengan pesan, bahkan disertai dalil-dalil
dari Alquran dan Hadis, pesan-pesan itu sama sekali tidak mengganggu kenikmatan
pembaca novel ini.
Jackpot Casino Online | Play Online Games | No Deposit
BalasHapusNo Deposit Bonus 제왕 카지노 offers can be earned in casino bonuses, 바카라사이트 but they do not choegocasino need to be tied up. These bonuses will not always be matched,