Rabu, 26 Juni 2013

ANALISIS NOVEL AYAT – AYAT BERDASARKAN PENDEKATAN SOSIOLOGI

A.    Pengertian sosiologi
Sosiologi adalah hal yang bersifat sosial atau hal yang menyangkut dan berhubungan dengan masyarakat.
Pendekatan terhadap sastra yang mempertimbangkan segi-segi kemasyarakatan itu disebut sosiologi sastra dengan menggunakan analisis teks untuk mengetahui strukturnya, untuk kemudian dipergunakan memahami lebih dalam lagi gejala sosial yang diluar sastra.
Menurut pendekatan sosiologi sastra, karya sastra dilihat hubungannya dengan kenyataan, sejauh mana karya sastra itu mencerminkan kenyataan. Kenyataan disini mengandung arti yang cukup luas, yakni segala sesuatu yang berada diluar karya sastra dan yang diacu oleh karya sastra.
B.     Macam – macam pendekatan sosiologi sastra
1.      Author ( social pengarang ), berhubungan dengan posisi social sastrawan dan kaitannya dengan masyarakat pembaca.
2.      Work (sastra sebagai cermin masyarakat ), sampai sejauh mana sastra dapat mencerminkan keadaan social masyarakat.
3.      Reader ( dampak social ), dampak social yang ditimbulkan oleh pembaca setelah membaca novel.

C.    Analisis novel berdasarkan pendekatan sosiologi
Pendekatan sosiologi sastra dapat diterapkan dalam novel ini. Pendekatan ini dapat dilihat melalui :



1.      Author (sosiologi pengarang)
Lahir di Semarang, Jawa Tengah, 30 September 1976. Beliau adalah sarjana Universitas Al-Azhar, Kairo, Mesir dikenal sebagai dai, novelis, dan penyair. Karya-karyanya banyak diminati tak hanya di Indonesia, tapi juga negara-negara tetangga seperti Malaysia, Singapura dan Brunei. Karya-karya fiksinya dinilai dapat membangun jiwa dan menumbuhkan semangat berprestasi pembaca. Diantara karya-karyanya yang telah beredar di pasaran adalah Ayat-Ayat Cinta (telah dibuat versi filmnya, 2004), Di Atas Sajadah Cinta (telah disinetronkan Trans TV, 2004), Ketika Cinta Berbuah Surga (2005), Pudarnya Pesona Cleopatra (2005), Ketika Cinta Bertasbih (2007), Ketika Cinta Bertasbih 2 (Desember, 2007) dan Dalam Mihrab Cinta (2007). Kini sedang merampungkan Langit Makkah Berwarna Merah, Bidadari Bermata Bening, dan Bulan Madu di Yerussalem.
Memulai pendidikan menengahnya di MTs Futuhiyyah 1 Mranggen sambil belajar kitab kuning di Pondok Pesantren Al Anwar, Mranggen, Demak di bawah asuhan K.H. Abdul Bashir Hamzah. Pada tahun 1992 ia merantau ke kota budaya Surakarta untuk belajar di Madrasah Aliyah Program Khusus (MAPK) Surakarta, lulus pada tahun 1995. Setelah itu melanjutkan pengembaraan intelektualnya ke Fakultas Ushuluddin, Jurusan Hadist Universitas Al-Azhar, Kairo dan selesai pada tahun 1999. Pada tahun 2001 lulus Postgraduate Diploma (Pg.D) S2 di The Institute for Islamic Studies di Kairo yang didirikan oleh Imam Al-Baiquri.
Ketika menempuh studi di Kairo, Mesir, Kang Abik pernah memimpin kelompok kajian MISYKATI (Majelis Intensif Yurisprudens dan Kajian Pengetahuan Islam) di Kairo (1996-1997). Pernah terpilih menjadi duta Indonesia untuk mengikuti “Perkemahan Pemuda Islam Internasional Kedua” yang diadakan oleh WAMY (The World Assembly of Moslem Youth) selama sepuluh hari di kota Ismailia, Mesir (Juli 1996). Dalam perkemahan itu, ia berkesempatan memberikan orasi berjudul Tahqiqul Amni Was Salam Fil ‘Alam Bil Islam (Realisasi Keamanan dan Perdamaian di Dunia dengan Islam). Orasi tersebut terpilih sebagai orasi terbaik kedua dari semua orasi yang disampaikan peserta perkemahan tersebut. Pernah aktif di Mejelis Sinergi Kalam (Masika) ICMI Orsat Kairo (1998-2000). Pernah menjadi koordinator Islam ICMI Orsat Kairo selama dua periode (1998-2000 dan 2000-2002). Sastrawan muda ini pernah dipercaya untuk duduk dalam Dewan Asaatidz Pesantren Virtual Nahdhatul Ulama yang berpusat di Kairo. Dan sempat memprakarsai berdirinya Forum Lingkar Pena (FLP) dan Komunitas Sastra Indonesia (KSI) di Kairo.
Setibanya di tanah air pada pertengahan Oktober 2002, ia diminta ikut mentashih Kamus Populer Bahasa Arab-Indonesia yang disusun oleh KMNU Mesir dan diterbitkan oleh Diva Pustaka Jakarta, (Juni 2003). Ia juga diminta menjadi kontributor penyusunan Ensiklopedia Intelektualisme Pesantren: Potret Tokoh dan Pemikirannya, (terdiri atas tiga jilid ditebitkan oleh Diva Pustaka Jakarta, 2003).
Antara tahun 2003-2004, ia mendedikasikan ilmunya di MAN I Jogjakarta. Selanjutnya sejak tahun 2004 hingga 2006, ia menjadi dosen Lembaga Pengajaran Bahasa Arab dan Islam Abu Bakar Ash Shiddiq UMS Surakarta. Saat ini ia mendedikasikan dirinya di dunia dakwah dan pendidikan lewat karya-karyanya dan pesantren Karya dan Wirausaha Basmala Indonesia bersama adik (Ahmad Munif El Shirazy, Ahmad Mujib El Shirazy, Ali El Shirazy) dan temannya.
Kang Abik, demikian novelis ini biasa dipanggil adik-adiknya, semasa di SLTA pernah menulis teatrikal puisi berjudul Dzikir Dajjal sekaligus menyutradarai pementasannya bersama Teater Mbambung di Gedung Seni Wayang Orang Sriwedari Surakarta (1994). Pernah meraih Juara II lomba menulis artikel se-MAN I Surakarta (1994). Pernah menjadi pemenang I dalam lomba baca puisi relijius tingkat SLTA se-Jateng (diadakan oleh panitia Book Fair’94 dan ICMI Orwil Jateng di Semarang, 1994). Pemenang I lomba pidato tingkat remaja se-eks Keresidenan Surakarta (diadakan oleh Jamaah Masjid Nurul Huda, UNS Surakarta, 1994). Ia juga pemenang pertama lomba pidato bahasa Arab se-Jateng dan DIY yang diadakan oleh UMS Surakarta (1994). Meraih Juara I lomba baca puisi Arab tingkat Nasional yang diadakan oleh IMABA UGM Jogjakarta (1994). Pernah mengudara di radio JPI Surakarta selama satu tahun (1994-1995) mengisi acara Syharil Quran Setiap Jumat pagi. Pernah menjadi pemenang terbaik ke-5 dalam lomba KIR tingkat SLTA se-Jateng yang diadakan oleh Kanwil P dan K Jateng (1995) dengan judul tulisan, Analisis Dampak Film Laga Terhadap Kepribadian Remaja. Beberapa penghargaan bergengsi lain berhasil diraihnya antara lain, Pena Award 2005, The Most Favorite Book and Writer 2005 dan IBF Award 2006. Dari novelnya yang berjudul “Ayat-ayat Cinta” dia sudah memperoleh royalti lebih dari 1,5 Milyar, sedangkan dari buku-bukunya yang lain tidak kurang ratusan juta sudah dia kantongi.
Selama di Kairo, ia telah menghasilkan beberapa naskah drama dan menyutradarainya, di antaranya: Wa Islama (1999), Sang Kyai dan Sang Durjana (gubahan atas karya Dr. Yusuf Qardhawi yang berjudul ‘Alim Wa Thaghiyyah, 2000), Darah Syuhada (2000). Tulisannya berjudul Membaca Insanniyah al Islam dimuat dalam buku Wacana Islam Universal (diterbitkan oleh Kelompok Kajian MISYKATI Kairo, 1998). Berkesempatan menjadi Ketua TIM Kodifikasi dan Editor Antologi Puisi Negeri Seribu Menara Nafas Peradaban (diterbitkan oleh ICMI Orsat Kairo)
Beberapa karya terjemahan yang telah ia hasilkan seperti Ar-Rasul (GIP, 2001), Biografi Umar bin Abdul Aziz (GIP, 2002), Menyucikan Jiwa (GIP, 2005), Rihlah Ilallah (Era Intermedia, 2004), dll. Cerpen-cerpennya dimuat dalam antologi Ketika Duka Tersenyum (FBA, 2001), Merah di Jenin (FBA, 2002), dan Ketika Cinta Menemukanmu (GIP, 2004).
Sebelum pulang ke Indonesia, di tahun 2002, ia diundang Dewan Bahasa dan Pustaka Malaysia selama lima hari (1-5 Oktober) untuk membacakan pusinya dalam momen Kuala Lumpur World Poetry Reading ke-9, bersama penyair-penyair negara lain. Puisinya dimuat dalam Antologi Puisi Dunia PPDKL (2002) dan Majalah Dewan Sastera (2002) yang diterbitkan oleh Dewan Bahasa dan Pustaka Malaysia dalam dua bahasa, Inggris dan Melayu. Bersama penyair negara lain, puisi kang Abik juga dimuat kembali dalam Imbauan PPDKL (1986-2002) yang diterbitkan oleh Dewan Bahasa dan Pustaka Malaysia (2004).

2.      Work (sastra sebagai cermin masyarakat)­
            Disini akan dijelaskan tentang sosiologi sastra dari isi sastra tersebut, menjelaskan tentang kondisi-kondisi sosial masyarakat mesir saat itu, dan masalah-masalah sosial yang ada, kemudian juga interaksi-interaksi sosial.

1.      Kondisi sosial
Dalam novel ini sang pengarang menceritakn banyak sekali kondisi sosial yang di hadapi oleh mahasiswa-mahasiswa indonesia yang sedang menimba ilmu di mesir, terutama yang dialami ‘fahri’
a.       Kondisi sosial masyarakat
Penulis menceritakan bagaimana kondisi sosial orang mesir saat itu, tentang cuaca yang sangat panas di mesir apalagi pada musim kemarau seperti apa yang di ceritakan oleh penulis, kemudian bagaiman cara membaur dengan orang mesir, mengerti akan sifat-sifat umum orang-orang mesir, meredam kemarahan orang mesir dengan menyuruhnya membaca sholawat dikemas dalam kehidupan fahri, terutama pada saat menenangkan orang-orang mesir yang marah melihat tiga orang amerika di metro, kemudian fahri meredakan amarah orang-orang di metro tersebut
Kerukunan antar umat beragama sangat terasa di negara mesir saat itu, walaupun keluara ‘maria’ beragama kristen koptik namun ‘fahri’ dan teman-temannya menjalin hubungan baik dengan keluarga tersebut, sifat tolong menolong antar sesama manusia tinggi di mesir, penulis menggambarkan dengan masalah yang menimpa ‘noura’,
b.      Kondisi budaya
Budaya mesir sangatlah berbeda dengan budaya indonesia tempat asal sang penulis, karena sang penulis pernah menimba ilmu di mesir jadi dia mengerti tentang budaya atau kebiasaan orang-orang mesir, dia menuliskan banyak sekali budaya-budaya orang mesir dalam novel ini, seperti pada saat orang mesir saat mengungkapkan rasa kagum, berterima kasih, meminta maaf, kepada orang yang lebih muda dia akan mencium kening orang tersebut, hal itu sama dengan yang di tuliskan pengarang pada saat ‘fahri’ meluluhkan hati orang-orang mesir yang marah kepada tiga orang amerika, dan pada saat ‘fahri memberi kabar tentang kelulusannya kepada ‘syaikh ahmad’, karena kagum dan ikut bahagia syaikh itu mungecup kening ‘fahri’ berulang kali.



c.       Kondisi politik
Indonesia memiliki badan negara yang berada di mesir yaitu KBRI yang bertujuan mengurus WNI yang berada di mesir, tapi oknum-oknum yang berada di KBRI tersebut kurang serius menangani masalah-masalah yang dialami WNI atau membantu para mahasisawa-mahasiswi asal indonesia di Mesir, hal ini di tuliskan di saat ‘fahri’ tersandung masalah dengan kepolisian karena dituduh telah memperkosa ‘noura’, tapi orang-orang KBRI tidak bisa berbuat banyak dengan kasus yang melanda ‘fahri’, mereka terkesan angkat tangan dengan kasus itu, dan juga kekecewaan penulis yang pernah menjadi mahasiswa di Mesir terhadap keacuhan pihak KBRI pada saat mahasiswa mengajukan proposal untuk mengadakan kegiatan untuk meningkatkan ilmu ekonomi islam mahasiswa indonesia di Mesir, tetapi proposal itu di tolak dengan berbagai alasan.


2.      Masalah-masalah sosial

Dalam novel ini penulis menerangkan bagaimana semestinya cara berinteraksi antar seorang muslim dengan orang lain yang berbeda gender, dan juga bagaimana memperlakukan orang-orang yang berlainan agama,berinteraksi dengan sesama manusia dan juga interaksi sdengan Sang pencipta.

a.       Interaksi seorang muslim dengan  wanita
Sebagai seorang muslim penulis memjelaskan cara berinteraksi seorang laki-laki dengan wanita, hal ini sangat sering di singgung dalam kisah kehidupan ‘fahri’ dalam menjalin hubungan dengan teman-teman mahasiswi dari indonesia dan juga wanita-wanita mesir lain, dia melakukan interaksi sosial dengan para wanita sesuai dengan tuntunan Rosul, dengan tidak saling bersentuhan satu sama lain selam belum menjadi muhrimnya, dan juga bagaimana dia berinteraksi sehari-hari dengan ‘maria’ seorang wanita non-muslim.

b.      Interaksi seorang muslim dengan non-muslim
Sebagai seorang muslim yang baik penulis menggambarkan bahwa sebagai muslim sebaiknya tidak memusuhi dan membeda-bedakan orang yang non-muslim, dia juga menganggap keluarga maria seperti keluarganya sendiri walaupun keluarga maria beragama kristen, dan itu tidak di permasalahkan ‘fahri’, dan juga dalam situasi saat bertemu dengan tiga orang amerika yang non-muslim, ‘fahri’ malah menjalin hubungan dengan salah seorang dari amerika tersebut, yang kemudian mendapat hidayah karna telah membaca kitab yang diterjemahkan maria yang berjudul “Why Does the West Fear Islam?” dan jawaban-jawban ‘fahri’ tentang “wanita dalam islam”. Dan kemudian jawaban-jawaban serta tejemahan itu dijadikan buku oleh ‘alice’ wartawani dari amerika.

c.       Interaksi antar manusia
Sang penulis menggambarkan seorang muslim harus saling tolong menolong, hal ini di tuangkan dalam novel saat ‘noura’ tetangganya mendapat masalah ‘fahri’ menolongnya sampai masalahnya tuntas,dan juga dengan tengga walaupun tidak seiman kita harus mempunyai tenggang rasa, pada ‘Madame Nahed dan Yousef’ ulang tahun, sebagai seoarang tetangga yang baik ‘fahri’ memberikan hadiah ulang tahun kepada keduanya.
Tata cara seorang muslim untuk mencari dan memilih pasangan hidup yang berdasarkan pada teladan Rosul juga sangat ditonjolkan dalam novel ini, sekaligus menjadi garis besar atau tema dari novel yaitu tentang cinta, bagaiman kita harus mencintai sesuatu dengan semestinya, penulis menggambarkan bagaimana seorang muslim memilih calon istri sesuai dengan apa yang telah di teladankan oleh Rosul, pada saat ‘fahri’ memilih Aishah sebagai istrinya, dan apa yang akan diberikan Allah jika melakukan hal itu adalah berkah yang sangat manis seperti setelah ‘fahri’ menjalani rumah tangga dengan ‘aishah, penulis menyajikan cinta terhadap pasangan yang sangat indah akan di restui oleh Allah.

d.      Interaksi dengan Tuhan
Penulis memberikan contoh seorang muslim yang harus taat dan patuh terhadap segala perintah dan larangan-larangan Allah swt, dan selalu menteladani sifat-sifat Rosul di setiap kondisi apapun, sifat-sifat ini di tuangkan penulis pada tokoh utama dalam novel yaitu ‘fahri’, dia selalu tawakal dan sabar dalam menjalani kehidupan di mesir yang iklim nya tidak cocok dengan negara asalnya, dan pada saat dia di fitnah oleh ‘noura’ yang sebelumnya sudah ditolong olehnya.

3.      Reader (dampak social)
Pendekatan sosiologi sastra dilihat dari aspek sosiologi pembaca dan dampak sosial karya sastra melihat novel Ayat-Ayat Cinta sebagai suatu karya sastra yang tergolong menarik perhatian. Karena novel Ayat-Ayat Cinta menceritakan mengenai suatu masalah percintaan dan nuansa religius di dalamnya. Seperti Fahri yang mendapatkan cinta dari Aisha dengan cara yang religius. Di mana, Fahri di perkenalkan oleh paman Aisha melalui foto dan setelah menyetujui Fahri menyukainya maka mereka dinikahkan. Dan hal semacam ini jarang atau mungkin sudah tidak ada lagi.
Nilai moral dalam novel Ayat-ayat Cinta ini adalah novel ini penuh dengan nilai-nilai religius dan nilai universal yang dapat diterima oleh semua golongan. Meskipun novel ini sarat dengan pesan, bahkan disertai dalil-dalil dari Alquran dan Hadis, pesan-pesan itu sama sekali tidak mengganggu kenikmatan pembaca novel ini.


1 komentar :

  1. Jackpot Casino Online | Play Online Games | No Deposit
    No Deposit Bonus 제왕 카지노 offers can be earned in casino bonuses, 바카라사이트 but they do not choegocasino need to be tied up. These bonuses will not always be matched,

    BalasHapus